Tampilkan postingan dengan label Bangkit bersama membangun bangsa. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Bangkit bersama membangun bangsa. Tampilkan semua postingan

Rabu, 28 Desember 2022

Integrasi Musuh Nyata Disintegrasi: Propaganda memperindah Bangsa

By: Ika Amiliya Nurhidayah

( Mahasiswa UIN K.H Abdurrahman Wahid dan Mahasantri Graha Cendekia al-Karomah)

   

Fenomena disintegrasi yang menyelinap di beberapa lini kehidupan menjadi momok menakutkan bagi kalangan masyarakat. Berbagai kelompok sosial harus rela dihadapkan dengan problematika penghambat integrasi nasional. Di antara permasalahan tersebut yaitu kontrasnya Ideologi yang berlaku di negara kita, ketimpangan demografi yang masif, penyalahgunaan iklim politik, degradasi toleransi, serta terhambatnya kemajuan ekonomi. Faktor-faktor di atas menjadi permasalahan yang patut dihadapi dengan perisai terkuat, dengan membangkitkan kembali semangat-semangat yang berkarat. Satu hal yang menjadi tanda tanya besar saat ini, bagaimana cara kita bangkit? Strategi seperti apa yang tepat untuk menghidupkan kembali kesadaran masyarakat? 

Sudah kita ketahui bersama bahwa lawan dari disintegrasi adalah integrasi, atau lawan dari perpecahan adalah persatuan. Maka efektifnya, langkah paling tepat untuk menghadapi perpecahan adalah dengan menyatukannya kembali. Karena sejatinya suatu negara mampu bangkit, karena adanya semangat persatuan dan kesatuan. Beberapa strategi yang dapat kita terapkan untuk bangkit dari disintegrasi :

1. Sebagaimana faktor penghambat integrasi berupa perbedaan ideologi yang menyulitkan suatu kelompok sosial untuk beradaptasi dengan norma (ideologi) yang ada, dapat diatasi dengan membiasakan diri untuk selalu membangun konsensus dan menciptakan institusi yang berlandaskan pada nilai dan norma (nilai-nilai Pancasila) yang mengedepankan persatuan dan kesatuan bangsa.

2. Meningkatkan kembali kualitas pendidikan dan kesehatan penduduk yang mengalami ketertinggalan, sehingga mampu meminimalisir ketimpangan demografi yang menjadi akar dari ketidakmerataan pemenuhan kebutuhan dan kecemburuan sosial.

3. Memberantas tindak KKN guna meminimalisir maraknya penyalahgunaan iklim politik untuk kepentingan pribadi yang menyulut terjadinya banyak perpecahan dan demonstrasi. 

4. Menciptakan, meregenerasi, dan menyadarkan generasi-generasi muda untuk menjadi agent of change atau agen yang menjunjung tinggi sikap moderat dalam mengatasi degradasi toleransi.

5. Peningkatan kualitas sumber daya manusia untuk mengatasi kemerosotan ekonomi sehingga dapat meminimalisir persentase pengangguran dan angka kriminalitas di masyarakat. 

Lima strategi yang telah disebutkan di atas merupakan langkah awal bagi kita sebagai generasi muda untuk mewujudkan Indonesia yang bangkit, bangkit dari keterpurukan, bersatu dari perpecahan. Satu hal yang menjadi kunci dari terlaksananya lima strategi tersebut adalah 'kesadaran.' Karena faktanya, generasi-generasi saat ini tengah dibutakan dengan rasa malas, dan kurangnya kepekaan dengan lingkungan sekitar. Kita hanya perlu sadar, bahwa di tangan kita, ada nasib negara yang perlu dibenahi, dan dibangun kembali.