Minggu, 27 Mei 2018

Memaknai "Hadis Syetan di Belenggu" pada bulan ramadan

Bulan Ramadan adalah bulan penuh berkah. Dari setiap langkah, detik, menit dan jam menjadi begitu penting ketika bulan Ramadan. Dengan berbagai keberkahan yang ada dalam bulan ramadan ini, setiap insan manusia tidak mw ketinggalan untuk menyambutnya. Hal ini juga didukung oleh Hadis Nabi bahwa bulan ramadan ini penuh dengan nilai-nilai luhur, sehingga sang syaithan pun melemah, bahkan di kurung ketika ramadan datang. Demikianlah pesan tersirat dari hadis Nabi berikut ini:
حَدَّثَنَا أَبُو كُرَيْبٍ مُحَمَّدُ بْنُ الْعَلَاءِ حَدَّثَنَا أَبُو بَكْرِ بْنُ عَيَّاشٍ عَنْ الْأَعْمَشِ عَنْ أَبِي صَالِحٍ عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ
عَنْ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ إِذَا كَانَتْ أَوَّلُ لَيْلَةٍ مِنْ رَمَضَانَ صُفِّدَتْ الشَّيَاطِينُ وَمَرَدَةُ الْجِنِّ وَغُلِّقَتْ أَبْوَابُ النَّارِ فَلَمْ يُفْتَحْ مِنْهَا بَابٌ وَفُتِحَتْ أَبْوَابُ الْجَنَّةِ فَلَمْ يُغْلَقْ مِنْهَا بَابٌ وَنَادَى مُنَادٍ يَا بَاغِيَ الْخَيْرِ أَقْبِلْ وَيَا بَاغِيَ الشَّرِّ أَقْصِرْ وَلِلَّهِ عُتَقَاءُ مِنْ النَّارِ وَذَلِكَ فِي كُلِّ لَيْلَةٍ
Artinya : Telah menceritakan kepada kami Abu Kuraib Muhammad Ibnul 'Ala dari Abu Bakr bin 'Ayasy dari Al A'masy dari Abu Shalih dari Abu Hurairah dari Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam, beliau bersabda: "Jika tiba waktu awal malam di bulan ramadlan maka setan-setan dan pemimpin-pemimpinnya dibelenggu, pintu-pintu neraka ditutup dan tidak ada yang dibuka. Pintu-pintu surga dibuka dan tidak ada yang ditutup, lalu ada penyeru yang berseru, "Hai orang yang mencari kebaikan, teruskanlah. Hai orang yang mencari keburukan, berhentilah. Sesungguhnya Allah membebaskan orang-orang dari neraka, dan itu terjadi pada setiap malam. " (HR Ibn Majah, No. 1632).
Secara tekstual, hadis tersebut memberikan informasi mengenai tentang kemudahan-kemudahan berbuat baik pada bulan ramadlan dikarenakan para syaitan di belenggu oleh Allah SWT. Namun, ketika berbicar fenomena bulan ramadlan, maka perbuatan, perkataan keji dan sebagainya masih sering kita temui. Sehingga menimbulkan pertanyaan mendasar, bagaimana sesungguhnya makna hadis di atas jika kita hubungkan dengan fenomena tersebut?
Pertama. Yang harus kita pahami terlebih dahulu dari hadis di atas adalah mengenai gaya bahasa yang dipakai, apakah retoris atau bukan. Jika kita memahami sebagai bahasa non-retorika, maka hadis itu tidak sesuai dengan fenomena kehidupan sehari-hari. Kita tidak bisa pungkiri, pada bulan ramadan ini, kejahatan, keburukan, dan sebagainya masih berkelindang dalam kehidupan nyata. Pencurian atau kriminalitas masih selalu ada menghiasi berita dalam televisi kita, meski ada yang mengatakan bahwa itu karena faktor konsumerisme kehidupan menyambut kedatangan hari raya. Oleh karena itu, hadis tersebut harus dipahami sebagai bahasa retorik. Lantas bagaimana artinya?
Kedua. Secar retorik. Syaitan dibelenggu dan pintu neraka ditutup merupakan sebuah informasi dari Nabi bahwa pada bulan ramadlan orang untuk melakukan kebaikan itu lebih mudah, kebaikan-kebaikan yang dikerjakan oleh manusia pada bulan ini juga mendapatkan pahala yang berlipat ganda yang tidak bisa dijangkau oleh logika manusia. Kita pada bulan-bulan selain ramadan, untuk mengkhatamkan al-quran itu sangat sulit, dan bahkan, jangankan mengkhatamkan, membaca al-quran pun juga sangat berat. Tetapi, pada bulan ramadlan, jangankan membacanya, mengkhatamkan al-quran pun kita sangat mudah hanya dalam rentang satu bulan dan bahkan bisa berkali-kali. Kita pada bulan-bulan selain ramadlan, untuk menghidupkan malam dengan ibadah itu sangat berat, maka pada bulan ramadlan, jangan menghidupkan malam dengan ibadah, kita juga sangat ringan untuk menghabiskan berjam-jam hanya untuk beribadah pada malam bulan ramadlan.

Dengan pemahaman demikian, maka kita tidak heran dengan kriminalitas yang masih terjadi dalam bulan Ramadlan. Hadis di atas, masih dalam koridor konteks yang berlaku.

Senin, 21 Mei 2018

Memaknai Puasa di Era Milenial

Puasa adalah Al-Imsak yang berarti menahan. Bagi Al-Ghazali, puasa hanya menahan makan-minum adalah level terbawah. level tengah-tengah adalah menahan hawa nafsu. hawa nafsu secara sederhana dapat diartikan sbg keinginan diri, dan hal ini yang condong kepada hal-hal yg tercela. perbuatan tercela adalah debatable, setiap individu mungkin memiliki ragam prespektifnya dalam menilai. Namun, dari beragam prespektif itu: dengki, hasut, ujaran kebencian, provokatif, mendapatkan kesepakatan bersama. oleh karena itu, jika kita ingin naik level puasa ramadhan yg tiap tahun dilaksanakan dan belum tentu tahun besok bisa, mari tahun ini kita berusaha sebaik mungkin untuk menggapainya dg menahan diri dari dengki, hasut, ujaran kebencian, provokatif.

حَدَّثَنَا أَحْمَدُ بْنُ يُونُسَ حَدَّثَنَا ابْنُ أَبِي ذِئْبٍ عَنْ الْمَقْبُرِيِّ عَنْ أَبِيهِ عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ
عَنْ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ مَنْ لَمْ يَدَعْ قَوْلَ الزُّورِ وَالْعَمَلَ بِهِ وَالْجَهْلَ فَلَيْسَ لِلَّهِ حَاجَةٌ أَنْ يَدَعَ طَعَامَهُ وَشَرَابَهُ
قَالَ أَحْمَدُ أَفْهَمَنِي رَجُلٌ إِسْنَادَهُ

artinya : Telah menceritakan kepada kami Ahmad bin Yunus telah menceritakan kepada kami Ibnu Abu Dzi`b dari Al Maqburi dari Ayahnya dari Abu Hurairah dari Nabi shallallahu 'alaihi wasallam beliau bersabda: "Barangsiapa tidak meninggalkan perkataan kotor, melakukan hal itu dan masa bodoh, maka Allah tidak butuh (amalannya) meskipun dia meninggalkan makanan dan minumannya (puasa)." Ahmad berkata; Seorang laki-laki memahamkanku tentang isnad hadits ini (HR Bukhori, No 5597).

Secara implisit, ujaran dan atau perbuatan kotor, terlebih bagi yang tau itu adalah tercela, namun karena dorongan-dorongan diri: bisa kepentingan apapun itu, dia tetap berujar dan melakukannya, Niscaya dia hanya mendapatkan kelaparan dan kehausan belaka.

Dalam hadis diatas, الجهل mengindikasikan kuat bahwa ujaran dan perbuatan itu adalah sengaja, atas kesadaran diri. Sehingga, dengan ujaran yang tidak sengaja, maka tidak dalam bagian khitab atau pembahasan hadis ini.

Di Era milenial, hadis tersebut juga dapat dipegangi bagi jiwa-jiwa muda yang hidupnya dalam keseharian sangat intens dengan dunia digital dan media sosial. Ujaran kebencian, provokatif, issu SARA yang sengaja kita sebar dengan sengaja melalui dunia digital dan media sosial, maka akan menjumudkan posisi puasa kita pada level yang terbawah, tidak ada perubahan dari tahun ke tahun.

oleh karena itu, jika puasa tidak bisa menahan diri kita dari ujaran dan perbuatan tercela, apalagi yang bisa mencegahnya? Jika tidak tahun ini, kapan lagi kita bisa naik level puasanya? karena hidup bukanlah kita kreator utama, hidup kita diputuskan oleh Sang Maha Kreator.

Level ketiga adalah level tertinggi dan hanya orang-orang tertentu yang bisa menjalaninya. pada level ini, tidak hanya meninggalkan makan-minum, perbuatan yang didorong nafsu tercela, tetapi juga harus meninggalkan yang lain kecuali Allah SWT (ما سوى الله).

oleh karena itu, kita sudah beberapa kali diberi kesempatan untuk berjumpa dengan Ramadlan, nah, seyogyanya, puasa kita tidak pada level terbawah terus, jika demikian, kita bukanlah manusia yang progresif, selalu menanamkan dalam hati bahwa hari ini lebih baik dari kemarin, dan hari esok lebih baik dari hari ini, kita manusia pemalas, yang sangat rugi, rugi dan rugi.

Sabtu, 05 Mei 2018

Silabus Studi Pusat Kajian Hadis Klasik



A.        Deskripsi Mata Kuliah

         Mata Kuliah Studi Pusat Kajian Hadis Klasik merupakan mata kuliah wajib bagi mahasiswa Fakultas Ushuluddin dan Dakwah, Jurusan Ilmu Hadis.Hadis sebagai sumber kedua Umat Islam memiliki daya tarik tersendiri dibandingkan dengan al-Quran, bahkan dapat dikatakan lebih rumit. Oleh karena itu, secara historis umat Islam sudah melakukan kajian terhadap hadis sejak masa awal-awal Islam. Dengan keseriusan tersebut, kawasan-kawasan Islam yang ada juga memilki peranan penting dalam pengkajian dan penyebaran hadis Nabi. Mata kuliah Studi Pusat Kajian Hadis Klasikmerupakan mata kuliah yang didesain sebagai studi kawasan, terutama wilayah-wilayah yang memiliki pengaruh terhadap kajian dan penyebaran Hadis, seperti Madinah, Mekkah, Bashrah, Syam, Kufah dan sebagainya. Selain itu, Mata kuliah ini didesain untuk mengkaji para perawi hadis dan karya-karyanya yang berasal dari wilayah tersebut.

B.        Kompetensi Mata Kuliah

Kompetensi dari diadakannya Mata Kuliah ini adalah pengetahuan dan pemahaman mahasiswa secara komprehensif mengenai

1.       Wilayah-wilayah yang menjadi basis kajian dan penyebaran hadis

2.       Perawi hadis beserta karya-karyanya

3.       Tipikal hadis dari berbagai macam wilayah yang ada

4.       Contoh-contoh hadisnya

C.        Strategi Pembelajaran

Strategi Pembelajaran yang digunakan untuk mencapai rumusan komptensi yang ada dengan menggunakan beberapa metode atas dasar pembelajaran aktif, yaitu Ceramah, Diskusi, Penugasan, Refleksi. Sedangkan media yang digunakan adalah Papan Tulis, LCD Proyektor, Blog dan Email.


D.        Referensi
a.         Wajib
§  Al-Dzahabi, al-Ams{a>r D}awa>t al-As^a>r
§  M. A’jaj al-Khatib, al-SunnahQablaTadwin
§  IbnAsyakir, Ta>ri>khMadi>nah Dimas^qi
§  Syaifuddin, ArusTradisiTadwinHadisdanHistoriografi Islam: KajianLintasAliran, Yogyakarta: PustakaPelajar, 2011
§  Joseph Schacht, The Origins of Muhammadan Jurisprudence
b.         Tambahan
§  HaraldMotzki, The Origins of Islamic Jurisprudence: MeccanFiqh before the Classical School
§  Pringle Kennedy,  Arabian Society at the Time of Muhammad I & II
§  M. Cook, The Opponents of the Writing of Tradition in Early Islam
§  Husain, At{la>s Ta>rikh al-Islam
E.     Kegiatan Perkuliahan





1
Introduction
a. Perkenalan
b. Kontrak Belajar
Mahasiswa Mengetahui:
a. Setting Perkuliahan
b. visi-misi Perkuliahan
c. output perkuliahan
2
Madrasah al-Nabawiyah
Menjelaskan :
a. Pusat Pengajaran Nabi
b. Pusat Pengkajian Hadis Masa Nabi
Menganalisis:
a. Pusat Pengajaran Nabi
b. Pusat Pengkajian Hadis Masa Nabi
3
Al-Rihlah li Thalib al-Hadis
Menjelaskan:
a. Konsep Rihlah Thalib al-Hadis
b. Rihlah Thalib al-Hadis prespektif epistemologis
c. Rihlah Thalib al-Hadis dalam lintas teologis
Menganalisa:
a. Konsep Rihlah Thalib al-Hadis
b. Penyebaran Hadis Nabi
c. Rihlah Thalib al-Hadis dalam konteks kekinian
4
Madinah
Menjelaskan :
- Konteks Sosio-Historis Wilayah Madinah
- Perawi Madinah beserta karyanya
- type hadis yang diriwiyatkan dan disebarkan
Menganalisa:
a. Madinah sebagai wilayah kajian hadis klasik
b. Perawi, karya dan tipikal hadisnya
5
Mekkah
Menjelaskan :
- Konteks Sosio-Historis Wilayah Mekkah
- Perawi Mekkah beserta karyanya
- type hadis yang diriwiyatkan dan disebarkan
Menganalisa:
a. Mekkah sebagai wilayah kajian hadis klasik
b. Perawi, karya dan tipikal hadisnya
6
Kufah (Irak)
Menjelaskan :
- Konteks Sosio-Historis Wilayah Kufah
- Perawi Kufah beserta karyanya
- type hadis yang diriwiyatkan dan disebarkan
Menganalisa:
a. Kufah sebagai wilayah kajian hadis klasik
b. Perawi, karya dan tipikal hadisnya
7
Bashrah (Irak)
Menjelaskan :
- Konteks Sosio-Historis Wilayah Bashrah
- Perawi Bashrah beserta karyanya
- type hadis yang diriwiyatkan dan disebarkan
Menganalisa:
a. Bashrah sebagai wilayah kajian hadis klasik
b. Perawi, karya dan tipikal hadisnya
8
Syam (Lebanon, Palestina, Suriah,Yordania)
Menjelaskan :
- Konteks Sosio-Historis Wilayah Syam
- Perawi Syam beserta karyanya
- type hadis yang diriwiyatkan dan disebarkan
Menganalisa:
a. Syam sebagai wilayah kajian hadis klasik
b. Perawi, karya dan tipikal hadisnya
9
Mesir
Menjelaskan :
- Konteks Sosio-Historis Wilayah Mesir
- Perawi Mesirbeserta karyanya
- type hadis yang diriwiyatkan dan disebarkan
Menganalisa:
a. Mesir sebagai wilayah kajian hadis klasik
b. Perawi, karya dan tipikal hadisnya
10
Yaman
Menjelaskan :
- Konteks Sosio-Historis Wilayah Yaman
- Perawi Yaman beserta karyanya
- type hadis yang diriwiyatkan dan disebarkan
Menganalisa:
a. Yaman sebagai wilayah kajian hadis klasik
b. Perawi, karya dan tipikal hadisnya
11
Khurasan (Iran)
Menjelaskan :
- Konteks Sosio-Historis Wilayah Khurasan
- Perawi Khurasan beserta karyanya
- type hadis yang diriwiyatkan dan disebarkan
Menganalisa:
a. Khurasan sebagai wilayah kajian hadis klasik
b. Perawi, karya dan tipikal hadisnya
12
Damaskus (Syria)
Menjelaskan :
- Konteks Sosio-Historis Wilayah Damaskus
- Perawi Damaskus beserta karyanya
- type hadis yang diriwiyatkan dan disebarkan
Menganalisa:
a. Damaskus sebagai wilayah kajian hadis klasik
b. Perawi, karya dan tipikal hadisnya
13
Bukhara (Uzbekistan)
Menjelaskan :
- Konteks Sosio-Historis Wilayah Bukhara
- Perawi Bukhara beserta karyanya
- type hadis yang diriwiyatkan dan disebarkan
Menganalisa:
a. Bukhara sebagai wilayah kajian hadis klasik
b. Perawi, karya dan tipikal hadisnya
14
Eropa dan Spanyol
Menjelaskan :
- Konteks Sosio-Historis Wilayah Eropa dan Spanyol
- Perawi Eropa dan Spanyol beserta karyanya
- type hadis yang diriwiyatkan dan disebarkan
Menganalisa:
a. Eropa dan Spanyol sebagai wilayah kajian hadis klasik
b. Perawi, karya dan tipikal hadisnya